Celana Itu Dipakai Juli ( Episode Kedua)

|

Keinginan Juli terpenuhi juga akhirnya, sebab Romi telah menyatakan wasiat untuk mewariskan celananya kepada Juli. Romi tidak ingin terjadi bencana karena celana itu. Tahu kan…, kalau celana itu sangat berharga? Sebab, celana itu paling modis dan sangat trendy.

Juli tak sabar lagi untuk menghadiri pesta. Dimana gengsi dan reputasi sangat ditentukan oleh celana. Juli tidak ingin lagi kalau ia tidak menjadi pusat perhatian di pesta nanti. Dan hal yang pasti, celana itu akan menaikkan reputasi.

Romi sudah mengantarkan Juli ke pesta itu, dan berbagai merk celana pun telah menghiasi acara pesta. Tetapi belum ada yang mengalahkan reputasi celana Juli. Dan ia pun semakin mencintai Romi.
Reputasi celana Juli semakin menggemparkan dari hari ke hari. Ada yang mengagumi, pun ada yang risih karena iri. Bahkan ada juga yang merayu Juli untuk sekedar mendapatkan celana miliknya itu.

Di rumah pun, Juli tak pernah berhenti kedatangan tamu. Ada yang ingin sekedar berfoto dekat celana, ada juga yang mencuri kesempatan untuk merampasnya. Tetapi Romi sangat mengetahui akan itu, atas inisiatifnya pula, Romi membuatkan etalase khusus untuk celana itu. Dimana alrm dan sekompi pengawal sewaan telah siap untuk mengamankan celana miliknya Juli.

Ketika berpergian ke luar rumah, keamanan Juli pun jadi terancam karena memakai celana itu. Pencuri bayaran selalu saja mengintainya ke mana pun. Kadang sembunyi-sembunyi di semak-semak, ngintip-ngintip, sampai terinjak ular derik. Bahkan ada juga yang menyamar dengan berbagai gaya: Pura-pura jadi pengemis, lalu ketahuan juga ketika terpesona oleh celana.
“Pura-pura jadi pengemis ya, Mas?” tanya Juli.
“Ah, enggak kok.”
“Loh, kok memelototi celana saya?”
“Kagum aja gitu.”
“Mas salah seorang pengagum celana saya, ya? Nah, ayo ngaku!”
“Maaf ya, Mbak. Sebenarnya…, ya, gitu. Mulanya mau nyuri, tapi tak sanggup aja lagi.”
“Lah, sekarang sudah lihat, kan? Bagaimana, apa mau nyuri?”
“Enggak jadi loh, Mbak. Tapi foto bareng sama celananya, boleh enggak?”
“Lah, enggak apa-apa. Sampean kan penggemar celana saya.”
Mereka pun foto bersama dengan segala aksi dan gaya. “Makasih ya, Mbak. Saya bahagia meski gagal mencuri celana,” kata pengemis palsu itu yang batal mencuri celananya.
Hari ke hari, celana Juli semakin menanjak popularitasnya. Dan konon kabarnya, “Milan dan Paris pun menjadikan celana Juli sebagai kiblat untuk model celana di musim semi ini.”
Tidak ada lebih diharapkan oleh pengagum celana selain mengangankan celana Juli. Dan itu pun bukan impian satu dua orang, tetapi sudah menjadi kerinduan setiap penggemar celana. Bahkan koran-koran terbitan pagi ini, semuanya mengupas akan kekaguman model celana itu.
Pernah pada suatu berita gosip pagi, seorang perancang mode kelas satu pun mengakui bahwa ia tidak akan mampu mencipta dan meniru model celana yang mutakhir itu. Bahkan salah seorang pelukis realis pun ketika diminta untuk melukis celana Juli, ia tidak berani mengambil resiko untuk kesempurnaan karyanya, sebab itu celana termodis, nyaman, lagi trendy.

Penggemar celana Juli telah membentuk fansclub bagi sesama pecinta celana. Dan seorang fotografer kelas kakap pun masih sangsi memastikan posisi yang pas untuk memotret celana. Jika tidak tepat sasaran, hasilnya tak akan puas—bisa-bisa penggemar celana Juli akan memprotes nanti. Terjadi huru-hara, itu kan hal yang tidak diinginkan.

Gambar celana Juli telah diperbanyak dengan berbagai aneka: Ada untuk kartu pos, perangko-perangko, dan berbagai poster lainnya.


Payakumbuh, 2006

0 komentar:

Posting Komentar

 

©2009 HALAMAN INDONESIA | Template Blue by TNB