Celana Itu Dipakai Juli ( Episode Ketiga)

|

Perempuan yang bersama Joko itu, tidak senang hati melihat celana Joko yang hilang itu telah dimiliki Juli. Ia mempengaruhi Joko untuk menggugat celananya yang hilang itu. Tetapi Joko tidak ambil pusing. Toh, celana itu bukan miliknya lagi. Bukankah ia telah membuangnya?

Meski celana Joko telah didapatkan Romi, namun ia tidak dapat lagi menggugatnya. Perempuan yang bersama Joko itu pun sewot. “Lah, kok celananya dibiarkan saja, Mas? Apa sampean tidak merasa kehilangan? Padahal itu celana kesayangan, bukan? kata perempuan itu.
“Loh, kan sampean sendiri yang suruh buang. Untung ada yang mau ngambil, kalau ndak, bagaimana nasib celananya, coba?”
“Ia, saya kan suruh buang celana sampean karena burung yang di dalam celana itu sudah kabur entah ke mana. Masa celana begitu dibela-belain sampai burungnya tak diketahui lagi minggat .”
“Kalau burungnya minggat, nanti pulangnya kan juga ke dalam celana.”
“Loh, kok sampean mau menuruti kata-kata saya.”
“Saya kan cinta sampean. Apa salahnya membuang celana demi pengorbanan cinta. Toh, celana dapat dicari lagi, bukan?”
“Ia, membuang celana sih boleh-boleh saja, tapi mikir-mikir dulu dong! Itu kan celana termodis dan lagi trendy.”
“Tetapi celana itu bukan milik saya lagi. Tak apa, kan, kalau sampean mau menerima cinta saya meski tak ada lagi celana. Toh, cinta tidak akan pernah diukur dengan celana. Apa sampean lebih mencintai celana daripada saya?”
“Maksud saya bukan begitu loh, Mas. Saya kan tidak mau ngasih bencana kepada Mas.”
“Jadi, apa toh?”
“Begini loh, Mas. Seketika Bapa Adam memetik buah kuldi pohon untuk Bunda Hawa, mereka dihukum dengan kehilangan celana. Apakah saya penyebab hilangnya celana sampean? Tapi saya benar-benar minta maaf lho, Mas. Makanya saya ingin menggugat celana Mas yang hilang itu.”
“Celananya enggak usah digugat-gugat. Sampean kan cinta saya, apa salahnya kehilangan celana untuk mendapatkan cinta sampean”
“Nanti kalau Tuhan mengusir kita, bagaimana?”
“Tuhan kan mahapenyayang kepada ciptaan-Nya. Buktinya, kita masih pakai celana, bukan?”
“Jadi, orang-orang yang enggak pakai celana itu tidak disayang sama Tuhan ya, Mas”
“Mungkin saja kegemaran mereka memetik buah kuldi; jadi, keasyikan terus enggak pakai celana.”
“Ah, Mas bisa saja. Saya makin naksir jadinya.”

Mereka pun bahagia dan melanjutkan kencannya di kuburan. Sebab, tak ada yang lebih romantis untuk bercinta selain di kuburan. Tempat yang sepi, hening, dapat menyatukan pikiran, hati, jiwa kepada penghuni segala semesta.

Payakumbuh, 2006

0 komentar:

Posting Komentar

 

©2009 HALAMAN INDONESIA | Template Blue by TNB