Pemberontak yang Sok Tahu dan Pengekor

|

Bila Budi Darma menulis dalam esainya (Pemberontak dan Pandai Mendadak) tentang apa yang harus dilakukan seorang pemberontak, maka saya pun mengekorinya tentang hal yang sama.

Saya mengetahui bahwa Anda telah membacanya, namun saya akan berpura-pura tidak tahu. Jika memang Anda belum tahu, syukurlah, saya akan lebih mudah menjadi orang yang sok tahu di depan Anda. Dan jati diri saya yang sebagai pengekor tidak akan Anda ketahui, bukan?

Hal yang paling enak di dunia ini adalah menjadi pemberontak. Anda tidak perlu memikirkan kalah atau menang, tetapi dengan memberontak, Anda akan lebih mudah mendapat pengikut.

Sebagai pemberontak, Anda tidak perlu memberontaki hal-hal yang berat. Cukup dengan mengecam generasi yang sudah mapan saja. Katakan bahwa karya-karya generasi pengarang mapan sudah tidak sesuai lagi dengan zaman. Jika perlu, cari kelemahan karya-karyanya. Jangan lupa pakai teori kontemporer, kutip kata si Anu dan pakai kosakata bahasa asing untuk memperlihatkan bahwa Anda seorang terpelajar.
Jika hal itu belum cukup, Anda perlu menambahi tentang suasana sastra kita yang sedang lagi bobrok. Tulis tentang kesasteraan kita ini lagi musimnya konco-sistim, fanatik kedaerahan, dan terlalu homogennya selera redaktur dalam menyeleksi karya. Padahal karya Anda tidak memenuhi kwalitas sebenarnya.

Menjadi pemberontak itu memang enak, sebab Anda lebih leluasa mengutarakan konsep-konsep Anda berkarya. Tak perlu memikirkan dan mencari konsep-konsep yang rumit, namun carilah konsep yang selama ini akan berlawanan dengan logika. Karena itu akan lebih didengar, dan dicatat sebagai penemu dalam sejarah kesasteraan kita.
Jangan takut dengan konsep Anda yang berlawanan dengan logika itu, karena itu akan terlihat absurd. Seorang pengarang absurd akan lebih dihormati, walaupaun sesungguhnya Anda lagi sedang menutupi tidak pandai berbahasa.

Anda tidak perlu berkecil hati jika dalam berkarya tidak pandai berbahasa. Sebaiknya Anda memilih menulis puisi. Sebab puisi telah dibebaskan untuk pengarangnya. Jangan ikuti EYD, sebab itu akan memperlihatkan kelemahan Anda.

Dalam menulis puisi Anda tidak perlu takut jika ditanya: "Bagaimana puisi Anda sebenarnya?" Sapardi sudah memberi tameng, dan Anda harus memanfaatkannya.
Bila lawan diskusi Anda ingin menakar pemahaman Anda tentang puisi, katakan saja kalau "Pengarang telah mati". Sebab itu adalah senjata yang berguna dan jangan disia-siakan.

Istilah "Pengarang Telah Mati" itu dapat juga Anda manfaatkan di dalam proses berkarya. Sebab karya sastera itu sendiri akan selalu dinilai fiksi.
Gunakan pacar Anda dan tulislah puisi itu seolah-olah untuknya. Tetapi sekali lagi jangan gunakan EYD. Sebab EYD akan menghilangkan kesan karya Anda yang absurd. Sungguhpun Anda seperti seorang pelukis absurd yang tak pandai melukis sepatu sekalipun. Dan keabsurd-an karya Anda harus dipertahankan untuk tidak terbongkarnya rahasia itu.

Anda jangan bertumpu saja pada karya, tetapi penampilan turut membantu kesuksesan. Berpenampilanlah seeksentrik mungkin: baju kumal, rambut seperti tak terurus, dan itu akan memperlihatkan bahwa Anda seorang pemikir, pencipta yang tak sempat mengurus diri.

Bila dalam berpenampilan Anda belum mampu meyakinkan pengikut, ubahlah cara bicara Anda. Kapan perlu, Anda mencari tempat khursus yang menangani masalah itu. Sebab hal yang seremeh itu jangan pernah disepelekan.

Dengan mengikuti ketentuan tersebut, Anda tidak perlu meragukan tak mendapat pengikut. Pengikut itu perlu, sebab mereka seperti akar yang akan memperkokoh tumbuh dan tegaknya Anda. Dan ini jangan Anda lupakan, karena mereka telah menumbuhkan Anda, serta jangan lupa memperjuangkan karyanya kelak.

Setelah hubungan Anda dengan pengikut berjalan baik, maka Anda harus berteman dengan redaktur. Ini sangat perlu. Sebab seorang redaktur akan dapat mengontrol kepopuleran Anda untuk tidak merosot. Serta mengontrol karya-karya pengikut Anda untuk mengekor pada karya-karya Anda bila ingin dipublikasikan. Jangan sungkan bila ada kritik dari pihak yang tak senang, sebab kritik itu sangat diperlukan dan membangun. Dan jangan lupa untuk menyisiati jawaban pengkiritik tersebut dengan memberi kolom khusus untuk redaktur.

Saya berharap sekali Anda akan sukses dengan langkah-langkah ini. Cara seperti ini telah teruji, dan memperlihatkan hasil yang memuaskan. Sungguh malang jika anda tak mencobanya. Ini zaman instans dan harus berproduksi secara instans. Meskipun saya dan Anda hanya beda kemasan.

Saya tidak dapat membayangkan jika Anda tidak menempuh cara seperti ini. Apakah Anda bisa mendapat pengikut, dan meraih sukses dalam beberapa tahun atau bahkan beberapa bulan saja?

Anda tidak perlu membaca banyak, sebab itu akan menghabiskan waktu Anda. Menulislah dan ciptakan puisi dua ratus ekor sehari. Mumpung lagi hoki, dan menerbitkan buku sebulan sekali. Pengikut Anda banyak, dan ini sunguh menguntungkan. Sebab bagaimanapun, nama Anda telah tercatat di dalam sejarah perpuisian dan dapat menikmati hidup yang sejahtera.

Coba bayangkan kalau Anda menghabiskan waktu untuk membaca, mungkin Anda hanya mampu menciptakan satu puisi dalam tiga bulan sekali. Dan itu salah satu penghambat jalannya sukses. Meski puisi yang dua ratus ekor sehari yang Anda ciptakan itu hanya berjalan di tempat, tetapi Anda adalah pengarang absurd. Dan kelemahan itu tidak akan terlihat bila Anda tidak keluar dari jalur tersebut.

Sungguh, Anda benar-benar beruntung dengan kiat-kiat ini. Di mana pengarang lain tengah berjungkiran menulis puisi, tetapi untunglah Anda tidak mengalami hal itu. Dan Anda pun dapat menikmati hasilnya dalam waktu yang singkat.

Meski penentang-penentang Anda terlanjur iri, tetapi Anda harus memperlihatkan sikap yang tenang. Dan bila ada pengikut Anda yang menanyakannya, Anda cukup berkata: "Ya, begitulah orang-orang yang kurang kerjaan," dan wibawa Anda akan semakin membaik.
Walaupun karya Anda yang berkwalitas sayur itu telah diterima masarakat luas, namun Anda jangan jenuh menyebarkan pengaruh gaya karya Anda itu kepada pengikut. Jika perlu, dirikanlah komunitas. Meski hanya diisi oleh pengarang-pengarang sayur, namun Anda akan lebih dikenal daripada karya-karya Anda yang berkwalitas sayur itu.

Mendirikan komunitas itu perlu, sebab dengan begitu, Anda dapat mengerjakan karya secara borongan. Jangan pikirkan keoriginalan karya, tapi pikirkanlah bagaimana melambungkan nama komunitas. Meski karya Anda yang berkwalitas sayur itu tak lebih baik setelah dikerjakan secara demokrasi, namun begitulah hidup berkomunitas.
Kalau Anda sudah hidup berkomunitas, jangan pikirkan pula tentang hidup Anda akan terkotak. Bukankah kotak itu sangat misteri? Namun tergantung Anda mau melangkah seperti pion atau bebas semaunya seperti ster.

Dan satu hal lagi yang jangan Anda lupa, bahwa Anda jangan pernah berhenti mengulas karya-karya teman sekomunitas Anda. Kutiplah puisi-puisi si Anu di dalam cerpen, atau ulaslah karya-karya teman sekomunitas Anda sebentuk esai. Dengan begitu, kerjasama akan terasa seperti keluarga.

Meskipun sebenarnya yang diubah bukan mutu karya Anda, namun mutu karya akan terubah dengan cara mengubah cara berpikir Anda. Tetapi mengubah pikiran itu hanya dapat dilalui dengan membaca. Dan tindakan Anda yang selama ini ingin serba instans yang malas membaca, maka tindakan itu sudah tepat. Dan sekali lagi, tolong jangan dengarkan kata penentang-penentang Anda yang berkata miring. Di mana Anda sesungguhnya telah menerapkan kerja pengarang yang malas.

Anda tak perlu khawatir, sebab predikat seniman itu akan tetap Anda dapatkan. Dan bila Anda sudah menjadi pengarang preman, maka saya suka mengertak preman.
Setelah diterapkannya kiat-kiat seperti ini, semoga doa saya juga turut menyertai Anda. Saya tak henti-hentinya mendoakan Anda, dan saya juga mendoakan diri saya untuk dapat begitu. Semoga kita meraih sukses dengan langkah-langkah ini.

Payakumbuh, 26 Maret 2007

2 komentar:

Maria Ulfa mengatakan...

fen,ulfa ga terlalu setju samo teorinyo...(atau karena belum baca bukunyo kali yo..?)

tergantung orang soalnyo fen,
ada orang yang menulis untuk aktualisasi diri,
ada juga orang yang menulis untuk penghargaan..

aktualisasi diri sih kayak tujuan idealisme,selama dia masih bisa menulis cukup. Tapi totalitasnya nanti yang bakal di apresiasi orang, dan sangat mungkin diikuti kalo menawarkan sesuatu.

something like that hun, but it just at my opinion,,

tulisan feni bagus, ulfa suka..

ekstravaganza mengatakan...

nice post

free back link

visitor click in image we display the backlink too




FORUM INTERNATIONAL

Posting Komentar

 

©2009 HALAMAN INDONESIA | Template Blue by TNB